Tuesday, March 10, 2009
Menunggu Hujan, Aku (Kembali) Menulis
Dia katakan sudah bosan. Entah mengapa, ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Apakah itu sejumput pengalaman, rasa, kebahagiaan, atau entah apa. Yang jelas, perasaan itu kerap dialaminya. Tidak cuma sekali.
Perasaan cemas menjadi berderai-derai sederas hujan di pelataran kantor yang tiada menunjukkan niat ingin berhenti. Aku sedih sebenarnya. Apakah aku tidak bisa membawa sepotong kebahagiaan untuk dia selama ini? Ataukah aku menjadi penghalang baginya dalam menemukan siapa dirinya sebenernya? Aku tidaklah tahu.
Aku teringat sebuah pesan dari Ibuku. Lama sekali hal ini menjadi penanda dalam setiap aku memutuskan sebuah perkara. "Jangan sakiti hati seorang perempuan," katanya. Apakah aku sekarang telah menyakiti dia? Yang berarti langusung maupun tidak aku sudah melanggar pesan orang yang di dalam rahimnya aku pernah tinggal.... Maafkan aku Mama kalau hal itu telah sengaja atau tidak aku lakukan kepadanya, sehingga perasaan bosan sudah mulai ada di hati dan perasaannya.
Aku semakin cemas. Secemas hati orang-orang metropolitan yang pulangnya terhambat hujan malam ini. Aku hanya berharap, dia akan menemukan siapa dirinya, ke mana dia akan menuju, dan apa yang hendak dia cari....
Dalam hujan kecemasan ini pula, aku (kembali) MENULIS!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment