Globalisasi yang membuat dunia menjadi semakin memampat (dimensi ruang dan waktu) yang pada akhirnya mengumpulkan orang-orang dari seluruh penjuru dunia dalam satu kampung global. Di sana selalu ada persaingan cara melihat realitas, nilai-nilai, selera, dan sebagainya yang didorong oleh mekanisme pasar, di mana publik adalah juri akhirnya. Entah adil atau tidak persaingan itu, setidaknya hukum Darwin berlaku di sini yakni "Survival of the Fittest".
Di satu sisi, globalisasi membuka peluang siapa saja untuk mempengaruhi ruang hidup bersama. Namun di sisi yang lain, globalisasi -dalam arti ekonomi- juga menyebabkan pemiskinan karena dia hadir untuk menguasai akses dan aset vital (sebut saja siapa yang menguasai tambang-tambang minyak, emas, dan sumber mineral lainnya). Setelah menguasai aset dan akses penting tersebut kemudian pelaku-pelaku globalisasi menutupnya bagi akses publik melalui berbagai mekanisme. Dari sanalah pemiskinan itu berasal.
Apa yang bisa menembus tertutupnya aset dan akses tersebut? Jawabannya bagiku adalah kreativitas. Walau pilihan jawaban lain itu ada, misalnya melakukan berbagai proyek-proyek nasionalisasi. Aku lebih memilih kreativitas karna sejatinya dia menyumbang warna berbeda pada kampung global itu. Kreativitas bisa hanya mewarnai, mencorat-coret, atau bahkan mengubah status quo itu sendiri. Dan kreativitas adalah jalan damai yang mengandalkan kemampuan kekuatan pikiran, rasa dan kehendak untuk mengubah sesuatu.
Melalui kreativitas, dunia ibarat dihipnotis sosok Gaga. Gaga bisa menghebohkan dunia musik lantaran dia tahu apa yang setiap orang inginkan, yaitu kebebasan. "I'm beautiful in my way, 'cause God makes no mistakes, I'm on the right track baby, I was Born This Way," tulisnya pada awal tahun 2011, meneguhkan 7,5 juta lebih penggemarnya di twitter-nya.
Apa sebenarnya yang membuat aku menaruh kredit tinggi terhadap Gaga adalah kemampuannya melihat realitas dunia dan ia mampu menyelipkan hasil kreativitasnya Dari sana, dunia melihat ada yang lain dari pada yang lain dalam diri Gaga. Yang berbeda itu adalah totalitasnya dalam dunia hiburan. Dia tidak hanya menulis lagu, menyanti, membawa warna musik baru, namun dia juga mengemas semua itu dalam penampilan panggungnya. Ayahnya sendiri menilai putrinya sudah gila ketika melihat penampilan Gaga menggunakan g-string motif macan tutul dalam penampilan perdananya. Semangat kebebasan inilah yang benar-benar dijiwai seorang Gaga. Dari sana tak heran jika Gaga meraih berbagai penghargaan bergengsi di jagad panggung musik dunia.
Semangat kebebasan Gaga diperoleh ketika ia belajar bermain piano sejak usia empat tahun sampai ia masuk sekolah musik di New York University's Tisch School of the Arts. "Once you learn how to think about art, you can teach yourself," katanya
No comments:
Post a Comment