Bulan jingga merona
melintas kembali. Dia seolah ingin mengajakku sejenak menjumpai kembali sejumput
perasaan. Perasaan yang dahulu pernah aku titipkan pada bulan jingga merona. Sembilan
belas hari jelang lima tahun tepatnya. Saat itu, rembulan menjadi satu-satunya
saksi mata, tentang sejumput perasaan dan cerita yang muncul sepanjang jalan
dari negeri batas senja.
Lima tahun
pun berlalu. Cepat. Benih-benih perasaan antara aku dengan seorang gadis dari
batas senja telah bertumbuh. Penuh dinamika. Hidup. Dan sampai saat ini survive. Rasanya, tiada satu kalimat pun
yang cukup untuk mengungkapkan rasa syukurku. Barangkali, hanya bulan jingga
merona itu, yang tahu bisa menggambarkannya, dengan caranya sendiri.