Pages

Wednesday, July 18, 2007

Bangkitnya Poros Kebaikan

Geliat politik dunia semakin menarik. Tidak hanya cukup hanya untuk dipelajari, namun juga untuk mulai diimplementasikan!
Fidel Castro, pemimpin Cuba menyebut fenomena dunia saat ini dengan bangkitnya kembali negara-negara sosialis, anti kapitalisme sebagai "The changing map".
Foto ketiga pemimpin negara itu sungguh sangat menginspirasi.

Evo Morales (47) -kanan- adalah presiden Bolivia pertama yang berasal dari suku Indian. Dia adalah pemimpin gerakan tani coca. Morales menyadari, perjuangan sosial bersama dengan petani coca harus ditingkatkan menjadi gerakan politik. Sikap politiknya sangat jelas karena dia sebagai pemimpin partai Movimiento Al Socialismo (MAS) berhaluan anti-kapitalisme, dan dengan sendirinya anti-Amerika. Morales terpilih secara demokratis dalam pemilu 22 Januari 2006. Morales memperoleh suara mayoritas, 54 persen dari negara yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa.

Morales menyadairi potensi yang dimiliki Bolivia sebagai negara penghasil gas bumi terbesar. Berulang kali dia menyerukan pentingnya Bolivia mengkontrol pengelolaan gas bumi yang merupakan cadanagan besar sekali di benua Amerika Latin.
Morales adalah pemimpin yang berhasil memaknai sejarah negerinya sendiri. Penjajahan bangsa Spanyol di Bolivia menunjukan bahwa telah terjadi penjarahan besar-besaran kekayaan bumi negerinya yang berupa timah. Hasil penjarahan itu dinikmati oleh kapitalis-kapitalis dari negeri matador itu. Sedangkan penduduk asli yang orang Indian, dan merupakan penduduk mayoritas tidak mendapat apa-apa. Untuk itu, dari dulu sampai sekarang dia terang-terangan kerap mengutuk kejahatan perusahaan-perusahaan multinasional, badan-badan dunia seperti IMF, World Bank, dan World Trade Oragnization. Morales menambah duri bagi kepentingan AS di Amerika Latin.

Tak tanggung-tanggung, Fidel Castro -tengah- mengirim pesawat pribadinya untuk menyambut kemenangan Morales. "I think that it has moved the world. It's something extraordinary, something historic. The map is changing," sambut Castro.

Balasan setimpal juga dilontakan oleh orang Indian yang terkenal sangat sederhana dalam penampilan. Morales menyebut Castro sebagai "El Commandante". Dia begitu salut kepada perjuangan gigih pemimpin Cuba yang sudah lebih dari 45 tahun diembargo ekonomi oleh Amerka sampai sekarang.

Kesederhanaan Morales sudah sering menjadi momok insan pers di seluruh belahan dunia. Dia kerap tampil hanya dengan berbalut jacket kulit atau pakaian yang dibuat dengan alpaca (bahan pakaian tradisional yang banyak dibuat orang-orang Indian), tanpa pernah memakai dasi yang dengan kata lain tidak menghormati protokoler.

Yang menarik adalah hubungan Morales dengan Presiden Venezwela, Hugo Chaves -kiri. Mereka menyebut hubungan Bolivia dan Venezwela sebagai "axis of good" (poros kebaikan). Mereka berkomitmen untuk saling bekerjaama menghancurkan "axis of evil" (poros kejahatan). Poros yang dimotori oleh Washington dengan sekutu-sekutunya di seluruh dunia, yang mengancam, menyerang, dan membunuh (who threaten, who invade, who kill, who assasinate).

Sementara, bagaimana dengan Indonesia, negeri tempat saya lahir dan dibesarkan?

Orde Baru telah mengubah haluan aras politik Sosialis Indonesia. Naiknya Soeharto sebagai presiden, telah menjadikan Indonesia menjadi antek kaplitalis... Saatnya sekarang merefleksikan ulang posisi Indonesia sebagai negara yang sudah sejak lama -zaman Soekarno- sudah anti-kapitalis. Dan saatnya generqasi muda mengambil tanggungjawab mengembalikan kewibawaan bangsa di kancah dunia.

El Señor esté con vosotros

No comments: